Senin, 12 Mei 2025

 *Surat yang Terbang Jauh*



Di sebuah sekolah menengah pertama yang sibuk, ada seorang siswa bernama Silviana. Meskipun mereka tidak pernah sekelas, setiap hari Silviana selalu melihat seorang pria yang diam-diam membuat hatinya berdebar. Hanya dari kejauhan, dia bisa merasakan keberadaan pria itu—sekadar melihat senyumannya atau sekadar melihatnya lewat di koridor. Tanpa kata-kata, dia sudah cukup menjadi bagian dari dunia kecil Silviana.


Silviana merasa bahwa dia tidak pernah cukup berani untuk menyapa atau berbicara dengannya, meski mereka berada di sekolah yang sama. Bahkan, mereka tidak pernah berbicara satu sama lain. Keberadaan pria itu di sekitarnya sudah cukup membuat hari-hari Silviana lebih berwarna. Itu adalah kenangan yang indah, meski tanpa pernah ada percakapan.


Namun, ada satu hal yang tidak bisa ditahan oleh Silviana—keinginan untuk menyampaikan perasaan yang telah lama terkubur. Tanpa ada kesempatan untuk berbicara langsung, Silviana menulis surat. Sebuah surat penuh perasaan yang belum pernah diungkapkan, sebuah surat yang akhirnya diserahkan lewat cara yang tak biasa: dikirim melalui burung, berharap surat itu sampai pada tujuannya.



Dan entah bagaimana, surat itu sampai padanya. Silviana tidak tahu apakah pria itu membaca atau memahami apa yang ada dalam surat tersebut, tetapi itulah caranya Silviana mencoba menyampaikan isi hati.


Tidak hanya surat, Silviana juga memberikan hadiah—sebuah jam tangan couple yang elegan. Sebuah simbol, meskipun tanpa kata-kata, tentang perasaan yang sulit diungkapkan. Hadiah itu diserahkan melalui teman, berharap bisa diterima, meski tak pernah ada pembicaraan tentang itu.


Seiring berjalannya waktu, Silviana meninggalkan masa sekolah dan melanjutkan hidup, namun kenangan itu tetap ada, seperti sebuah pohon yang perlahan tumbuh meski tak terawat. Ada keinginan untuk bertemu lagi, meski hanya untuk melihatnya dari jauh, untuk merasakan lagi perasaan yang pernah ada—tanpa perlu kata-kata.



Waktu berlalu, dan meskipun Silviana telah dewasa, kenangan itu tak pernah benar-benar hilang. Suatu hari nanti, jika mereka bertemu lagi, mungkin hanya senyuman singkat yang bisa mengungkapkan semua perasaan yang dulu terpendam.


(Kutipan hati Silviana : 👇🏻👇🏻👇🏻)


Ketika ku temukan seekor burung

Aku menghampirinya

Ternyata dia terluka

Akupun merawat dan mengobatinya

Kini lukanya terobati


Ku tulis sebuah surat

Lalu ku selipkan di kakinya

Ku terbangkan dia

Entah sampai mana dia pergi


Dalam surat itu tertulis

Curahan isi hatiku

Yang merindukan sesorang

Hati bimbang, hatiku gersang


Kini dia tak pernah kunjung datang

Hanya hadir dalam bayang-bayang

Dan tak bisa ku sentuh 

Ku saksikan burung itu terbang tinggi

Melayang membawa suratku

Seakan tiada beban dihatinya.



"Kadang, cinta tidak butuh suara. Cukup satu tatapan, satu senyuman yang diam-diam disimpan dalam hati, sudah bisa membuat hari menjadi berarti."


"Ada rindu yang tak pernah sempat tumbuh menjadi temu. Tapi dalam diamnya, ia tetap hidup, bahkan bertahun-tahun kemudian."




"Bukan karena tak berani mencinta, hanya saja hati terlalu takut kehilangan harapan."


"Meski kita tidak pernah sekelas, tidak pernah saling bicara... tapi kenangan tentangmu seperti lagu lama yang tak pernah hilang nadanya."


"Surat itu mungkin tak pernah kau baca, tapi setiap hurufnya adalah keberanian yang selama ini kusembunyikan."


"Kadang, yang paling dalam bukan cinta yang terucap, melainkan yang disimpan rapat dan hidup selamanya dalam kenangan."

 



"Tak semua rasa harus diungkap, karena beberapa cinta paling tulus justru lahir dalam diam."


"Aku tak pernah memilikimu, tapi kenangan tentangmu selalu kupeluk seolah kau ada di sini."


"Hanya melihatmu dari kejauhan sudah cukup membuat hatiku tenang di tengah keramaian."


"Dulu aku percaya surat bisa terbang, karena hanya itu caraku mendekatimu tanpa mendekat."


"Cinta remaja bukan soal memiliki, tapi tentang belajar merelakan tanpa pernah menyapa."


"Terkadang yang paling berkesan adalah yang tidak pernah terjadi, hanya hidup sebagai harapan dalam diam."


🌸 "Cinta yang tak pernah terucap kadang justru paling tulus, karena ia hidup dalam diam dan bertahan dalam kenangan."


🕊️ "Tak semua rasa butuh jawaban; kadang cukup disampaikan dalam hening, agar hati tak lagi memikul sendiri."


🎁 "Hadiah terbaik dari masa muda bukanlah keberanian untuk memiliki, tapi keberanian untuk merasa, meski dalam diam."


💌 "Surat yang tak pernah dijawab tetap punya makna, karena ia adalah bukti keberanian hati yang pernah mencinta."


⏳ "Waktu boleh berlalu, tapi ada perasaan yang tak pernah benar-benar pergi—ia tinggal diam di sudut kenangan."


Celly_tomokianz


Pengarang 


Celly_Tomokianz 

( Mutiara Samudra )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEGERI PARA PENGHIANAT 7

Bab 7: Harap yang Menyala, Bukan Sekadar Cahaya Negeri ini telah berkali-kali disakiti oleh penguasanya sendiri. Diperas oleh tangan-tang...