❤️MERAWAT LUKA NEGERIKU ❤️
Penulis: Celly Tomokianz
Indonesia. Sebuah negeri yang dianugerahi alam paling melimpah di dunia. Dari Sabang sampai Merauke, dari gunung-gunung tinggi yang menjulang hingga lautan biru yang membentang, tanah ini kaya akan sumber daya yang membuat iri banyak bangsa lain. Emas, minyak, batu bara, rempah-rempah, hutan tropis, hingga hasil laut yang tak terhitung jumlahnya.
Namun, di balik semua kemewahan alam itu, ada sebuah kenyataan pahit yang jarang diungkap dengan gamblang: negeri ini adalah negeri yang dicuri — bukan hanya oleh tangan asing yang datang dari luar, tapi oleh tangan-tangan yang seharusnya menjaga, malah menggerogoti dari dalam.
Sejak zaman dahulu, korupsi dan pengkhianatan sudah merayap masuk. Bangsa ini tak hanya dijajah secara fisik, tapi juga secara ekonomi dan moral. Penjajah luar mungkin sudah pergi, tapi penjajah versi baru dengan wajah berbeda masih bercokol di setiap sudut kekuasaan.
Dari para pemimpin yang mengkhianati rakyat demi ambisi dan kekayaan pribadi, hingga para birokrat yang menjadikan jabatan sebagai ladang mengumpulkan harta secara ilegal — semuanya membangun tembok ketidakadilan yang semakin tebal.
---
Bayangkan seorang petani di pedalaman yang menggarap sawah dengan susah payah, mengharap hasil yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Namun, sebagian besar hasil panen itu tidak sampai ke meja makan mereka. Di kota, pejabat-pejabat tinggi menikmati kemewahan yang bersumber dari potongan-potongan kecil hasil kerja keras rakyat.
Di pasar-pasar tradisional, harga kebutuhan pokok melambung tinggi karena rantai distribusi yang panjang dan praktik pungutan liar. Dana bantuan sosial yang mestinya membantu rakyat miskin, malah dinikmati segelintir orang yang rakus. Pembangunan infrastruktur yang megah, seolah-olah untuk rakyat, justru berujung pada proyek-proyek fiktif yang menggelontorkan uang tanpa manfaat nyata.
Korupsi telah menjadi kanker yang membusukkan tubuh bangsa ini. Ia menyelinap di balik senyum ramah dan janji manis pemimpin, bersembunyi di balik tumpukan dokumen dan meja-meja rapat, lalu merampas masa depan jutaan orang yang berharap pada keadilan dan perubahan.
---
Negeri ini kaya, tapi rakyatnya sering kelaparan; berlimpah sumber daya, tapi kemiskinan tetap mengakar. Kesenjangan sosial membentang lebar seperti jurang, memperlihatkan betapa ketidakadilan sudah menjadi bagian dari sistem.
Namun, ada harapan di tengah kegelapan. Kesadaran perlahan mulai tumbuh. Rakyat mulai membuka mata dan menuntut perubahan. Mereka tahu, jika akar korupsi tidak dicabut, maka semua janji kemerdekaan hanyalah kata-kata kosong.
## Fakta Sejarah: Jejak Korupsi dari Masa ke Masa
### Zaman Kerajaan dan Penjajahan
Korupsi bukan masalah baru di Indonesia. Bahkan sebelum penjajahan Belanda, berbagai kerajaan Nusantara sudah mengenal praktik suap, nepotisme, dan pengkhianatan demi mempertahankan kekuasaan dan kekayaan. Misalnya, beberapa raja dan bangsawan kerap membebani rakyat dengan pajak dan upeti yang berat.
Saat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) datang, mereka tak hanya menjajah secara militer, tapi juga menguasai ekonomi lewat monopoli rempah-rempah. Dalam praktiknya, ada pejabat lokal yang bekerja sama dengan VOC demi keuntungan pribadi, mengkhianati rakyatnya sendiri.
### Masa Penjajahan Belanda
Belanda menerapkan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) yang memaksa rakyat menanam komoditas ekspor seperti kopi dan tebu. Meski demikian, ada catatan bahwa sistem ini disertai praktik korupsi oleh para pegawai Belanda dan pribumi, yang mengorbankan petani dan buruh demi keuntungan pribadi.
Banyak pejabat Belanda dan pribumi yang memanfaatkan posisi mereka untuk memungut pajak berlebihan atau menjual hasil bumi tanpa memberi keuntungan yang adil bagi rakyat.
### Era Kemerdekaan dan Masa Soekarno
Setelah kemerdekaan, bangsa ini berusaha membangun negara yang bebas dari penjajahan. Namun, tantangan besar datang dari dalam. Korupsi mulai muncul dalam berbagai bentuk, meski Soekarno berusaha keras memerangi praktik tersebut.
Pada masa Soekarno, lembaga seperti Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dibentuk untuk mengadili kasus korupsi dan kolusi. Sayangnya, sistem hukum yang belum matang dan ketidakstabilan politik membuat upaya ini kurang efektif.
### Masa Orde Baru
Di bawah rezim Soeharto, korupsi mencapai puncaknya. Kekuasaan yang terpusat pada satu orang dan kroni-kroninya membuka pintu lebar bagi praktik kolusi, nepotisme, dan korupsi sistemik.
Studi World Bank pada tahun 1990-an menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan miliaran dolar AS setiap tahun karena korupsi. Dana pembangunan dan proyek-proyek strategis banyak diselewengkan untuk memperkaya segelintir orang.
### Era Reformasi Hingga Kini
Setelah jatuhnya Orde Baru, Indonesia berusaha membenahi sistem dan memberantas korupsi lewat lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, tantangan tetap besar. Korupsi semakin canggih dan tersembunyi, menyentuh hampir semua sektor mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur.
---
### Dampak Nyata Korupsi bagi Rakyat
* Infrastruktur yang amburadul meski anggaran besar
* Pendidikan yang mahal dan berkualitas rendah
* Pelayanan kesehatan yang tidak merata
* Kemiskinan yang sulit diatasi meski sumber daya melimpah
Korupsi bukan sekadar soal uang hilang, tapi juga pengkhianatan terhadap masa depan bangsa.
---
Bersambung....
Mengupas tuntas sejarah korupsi
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar