Tanpa kata-kata, dia sudah cukup
menjadi bagian dari dunia kecil Silviana. Silviana merasa bahwa dia tidak pernah
cukup berani untuk menyapa atau berbicara dengannya, meski mereka berada di
sekolah yang sama. Bahkan, mereka tidak pernah berbicara satu sama lain.
Keberadaan pria itu di sekitarnya sudah cukup membuat hari-hari Silviana lebih
berwarna. Itu adalah kenangan yang indah, meski tanpa pernah ada percakapan.
Namun, ada satu hal yang tidak bisa ditahan oleh Silviana—keinginan untuk
menyampaikan perasaan yang telah lama terkubur.
Tanpa ada kesempatan untuk
berbicara langsung, Silviana menulis surat. Sebuah surat penuh perasaan yang
belum pernah diungkapkan, sebuah surat yang akhirnya diserahkan lewat cara yang
tak biasa: dikirim melalui burung, berharap surat itu sampai pada tujuannya.
Dan entah bagaimana, surat itu sampai padanya. Silviana tidak tahu apakah pria
itu membaca atau memahami apa yang ada dalam surat tersebut, tetapi itulah
caranya Silviana mencoba menyampaikan isi hati.
Tidak hanya surat, Silviana juga
memberikan hadiah—sebuah jam tangan couple yang elegan. Sebuah simbol, meskipun
tanpa kata-kata, tentang perasaan yang sulit diungkapkan. Hadiah itu diserahkan
melalui teman, berharap bisa diterima, meski tak pernah ada pembicaraan tentang
itu. Seiring berjalannya waktu, Silviana meninggalkan masa sekolah dan
melanjutkan hidup, namun kenangan itu tetap ada, seperti sebuah pohon yang
perlahan tumbuh meski tak terawat.
Ada keinginan untuk bertemu lagi, meski hanya
untuk melihatnya dari jauh, untuk merasakan lagi perasaan yang pernah ada—tanpa
perlu kata-kata. Waktu berlalu, dan meskipun Silviana telah dewasa, kenangan itu
tak pernah benar-benar hilang.
Suatu hari nanti, jika mereka bertemu lagi,
mungkin hanya senyuman singkat yang bisa mengungkapkan semua perasaan yang dulu
terpendam.
"Kadang, cinta tidak butuh suara. Cukup satu tatapan, satu senyuman yang
diam-diam disimpan dalam hati, sudah bisa membuat hari menjadi berarti."
"Ada
rindu yang tak pernah sempat tumbuh menjadi temu. Tapi dalam diamnya, ia tetap
hidup, bahkan bertahun-tahun kemudian."
"Bukan karena tak berani mencinta, hanya
saja hati terlalu takut kehilangan harapan."
"Meski kita tidak pernah sekelas,
tidak pernah saling bicara... tapi kenangan tentangmu seperti lagu lama yang tak
pernah hilang nadanya."
"Surat itu mungkin tak pernah kau baca, tapi setiap
hurufnya adalah keberanian yang selama ini kusembunyikan."
"Kadang, yang paling dalam bukan cinta yang terucap, melainkan yang disimpan
rapat dan hidup selamanya dalam kenangan."
"Tak semua rasa harus diungkap, karena beberapa cinta paling tulus justru lahir
dalam diam."
"Aku tak pernah memilikimu, tapi kenangan tentangmu selalu kupeluk
seolah kau ada di sini."
"Hanya melihatmu dari kejauhan sudah cukup membuat
hatiku tenang di tengah keramaian."
"Dulu aku percaya surat bisa terbang, karena
hanya itu caraku mendekatimu tanpa mendekat."
"Cinta remaja bukan soal memiliki,
tapi tentang belajar merelakan tanpa pernah menyapa." "Terkadang yang paling
berkesan adalah yang tidak pernah terjadi, hanya hidup sebagai harapan dalam
diam."
Celly_Tomokianz
( Mutiara Samudra )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar