Senin, 19 Mei 2025

Telepon yang Tak Pernah Selesai

Ada suara dari masa lalu,
datang melalui sambungan telepon yang ragu-ragu.
Katanya ingin bicara,
tapi tak jelas ingin apa.

Kupilih jujur,
menjabarkan luka yang pernah kubalut sendiri,
mengurai simpul yang tak pernah dia pahami,
menjawab pertanyaan yang seharusnya bukan untukku lagi.

Tapi, kenapa kau diam di akhir?
Tak ada “terima kasih”,
tak ada “selamat tinggal”…
hanya keheningan yang diputus seperti sinyal.

Haruskah aku marah?
Tidak.
Aku hanya merasa…
lelah jadi jawaban untuk orang yang datang karena penasaran, bukan karena peduli.

Biarlah,
kalau memang harus selesai begini,
aku ikhlaskan telepon itu
sebagai akhir dari bab yang memang tidak perlu dibuka lagi.




"Aku Sudah Bicara"


oleh: Celly Tomokianz

Aku sudah diam, bertahun-tahun,
menyimpan luka, menahan dendam.
Kupikir cukup kutelan sendiri,
tanpa perlu dunia ikut mengerti.

Tapi hari ini aku bicara—
tentang janji yang tak ditepati,
tentang anak yang tak dinafkahi,
tentang luka yang kalian beri lalu pura-pura tak tahu diri.

Kalian datang,
mencari-cari kesalahan dari tempat yang telah kutinggalkan.
Kalian bertanya, lalu pergi,
tanpa pamit, tanpa empati,
seolah-olah aku hanya angin yang tak perlu dipahami.

Aku sudah bicara,
bukan untuk menyakiti,
tapi agar kalian berhenti menyakiti.

Kalau setelah ini kalian tetap tak mau dengar,
silakan.
Tapi jangan pernah bilang aku tak pernah menjelaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEGERI PARA PENGHIANAT 7

Bab 7: Harap yang Menyala, Bukan Sekadar Cahaya Negeri ini telah berkali-kali disakiti oleh penguasanya sendiri. Diperas oleh tangan-tang...