Mungkin, tertawa adalah perihal membahagiakan semenjak kita dan tubuh pulang dan bersatu. Menjadi semacam baris-baris kata atau kita pernah saling menenggelamkan rasa di titik paling indah. Atau kita akan saling mengayuh, membaca rasa menjadi semacam bahagia yang sulit kita jelmakan pada tubuh-tubuh rapuh, resah dan gelisah di sepanjang catatan harian kita sendiri. Atau kita akan mulai merasa sepi, menjadi paling senyap sepanjang jejak perjalanan ini memuat lebih banyak perihal indah tentang kita nantinya. Dan tawa, selalu menjadi rahasia paling indah semenjak kita ingin saling menyatu dan melepas segala rasa karena ruang dan waktu yang selalu memisahkan kita.
Mungkin, canda adalah perihal paling seru ketika waktu dan sejumlah pertanyaan kembali kau ulang dan terjemahkan bersama di sepanjang perjalanan penuh tanda. Waktu telah merahasiakan caranya untuk tetap bisa kita pahami hingga pada jejak-jejak selanjutnya kita akan mengirim lebih banyak doa dan merapalkannya semenjak tubuh-tubuh bongkar itu pulang dan mendadak ingin dilupakan semenjak kita tahu bagaimana bahagia kita ciptakan. Ada saatnya untuk membuat canda menjadi perihal paling membahagiakan, namun ada saatnya pula canda menjelma menjadi perihal paling buruk di sepanjang perjalanan kita nanti.
Mungkin, cinta adalah catatan paling dingin di sepanjang perjalanan kita sendiri. Mengaduk beribu-ribu rencana ketika sejarah dan semuanya mencatat namamu pada barisan keabadian. Kita akan saling menggenapkan, mengganjilkan atau membiarkan semua pelajaran-pelajaran tentang cinta itu menjadi jelma paling nyata di ujung perjalanan kita yang seperti tak ingin bersabar. Kita akan kembali, menjelma menjadi separuh riwayat di tubuh kita yang mendadak lupa. Tentang lupa hingga tentang semuanya yang mendadak ingin kita kembalikan pada sebagian rasa di tubuh kita masing-masing.
Mungkin, melepas adalah perihal paling dingin semenjak kita saling membaca rasa, membiarkan kata dan waktu menjelma menjadi serangkaian takdir atas peristiwa-peristiwa kebetulan yang biasa kita jelmakan di sepanjang perjalanan kita kini. Kau tahu, ketika ingatanku masih menyebut namamu, aku selalu ingin segera melupakannya dan membaca namamu jauh lebih dalam setiap doa yang biasa kita rapalkan di sepanjang pagi yang mengingat kita. Ada doa paling indah di ujung perjalanan yang tak pernah sendiri ini. Dan kau tahu, aku baru menemukan semua rasa itu. Mencoba menjalinnya satu per satu pada serangkaian ingatan yang akhirnya mulai kita ulang semenjak tubuh kita masing-masing menggigil karena dingin yang begitu menyengat.
Mungkin, kita akan saling menjelmakan takdir. Membaca rupa paling dingin, atau kita akan saling menjejak masa. Membiarkan semuanya menjadi lebih baik seperti dalam aturan-Nya. Kita hanya akan saling tahu, membiarkan semua yang kembali dan berangkat menjadi semacam misal yang takkan pernah kita ulang bersama di tubuh-tubuh ringkih yang menjelma nyata pada subuh paling ranum di sepotong hari tadi. Karena, kita baru saja memulai dan tak pernah tahu kapan akhirnya.
Mungkin, kita akan sama-sama tahu bagaimana rasa bekerja di ujung hati kita. Ia mungkin bisa berbohong, berpura-pura, menangis atau pun marah besar kepada kita. Namun, rasa selalu menjadi jelma paling indah bila seluruh kata kerja menjadi semacam catatan membahagiakan yang telah digariskan di ujung perjalanan kita nanti. Percayalah, bahagia selalu ada dalam bingkai rencana-Nya. Sendiri dan ia akan mengantar kita pada rupa paling hangat nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar