Rabu, 11 Februari 2015

HIJRAHKU BERHIJAB





Penulis: Celly tomokianz

Bismillah...

Dalam suatu perjalanan tentu semua orang pernah merasakan lika-likunya,baik itu pahit,manis,senang,sedih,dan sebagainya yang menyertai perasaan.

Awal perjalananku menuju hijab tidaklah mudah,penuh dengan liku-liku dan juga harus memantapkan hati memutuskan untuk selalu berhijab.Sejak duduk dibangku SMP aku sudah mulai tertarik mengenakan jilbab,namun keadaan yang menghalangku terasa sulit mengenakan hijab dan juga kala itu aku masih belum paham arti sebuah hijab.Belum lagi coletehan dari teman-teman yang tak sedap didengar.

Aku hanya mampu memakai jilbab pada saat ke sekolah saja,itupun hanya setiap hari jum'at dan sabtu,karna aku tidak punya seragam yang panjang untuk dipakai dengan hijab.
Aku memang terlahir bukan dari keluarga yang pandai agama ataupun dari keluarga yang serba berkecupan.Untuk membeli pakaian sekolah saja aku harus menabung dulu dan barulah hasil tabungan itu aku gunakan untuk biaya sekolah dan beli seragam.Terkadang jika ada sisa tabunganku aku kasihkan ibu untuk belanja sehari-hari.
Alhamdulillah untuk biaya sekolah masih ada keringanan karena mendapat beasiswa.

Setelah lulus sekolah aku memutuskan untuk melanjutkan ke Pesantren,namun apalah daya orang tua tidak mengizinkannya karena dengan alasan tidak bisa membiayai sekolahku nanti.Yah, aku menurut saja dengan apa yang mereka kata.

Aku masih ingat dengan jelas pesan Ayahku, "Ayah bilang :
"Tak usah kau lanjutkan sekolahmu ,Ayah sudah tua tak mampu membiayai sekolahmu,biar nanti anak cucumu yang akan melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi,sudah cukup kamu sekolah sampai di sini saja."
Aku hanya mengangguk sembari menjawab "iya",kakakku yang tengah mendengarkan percakapan kami dari tadi sambil mengejekku dan berkata " kasian tidak disekolahin karena tidak punya padi."
Aku hanya tersenyum sinis padanya 😏😏😏.

Akhirnya aku memutuskan untuk merantau saja,mendengar hal ini Ibu langsung mendaftarkanku kepada rekannya sebagai perantara untuk meberangkatkan aku ke sana.
Di sanalah bermulanya aku menghulurkan hijabku sekaligus aku memperdalam agamaku,di sana aku banyak belajar tentang segala hal.

Dua tahun kemudian sepulangnya aku dari sana , aku sudah memantapkan untuk tidak melepas hijabku.
Pada suatu hari aku bertemu dengan sahabat lamaku ,dia membujukku untuk membuka hijabku.

" ngapain kamu berhijab ,lepas saja hijabmu itu,kaya aku nih lebih nyaman ga berhijab.Terus potong deh rambutmu yang panjang itu."

Memang disetiap perjalanan untuk menuju seribu kebaikan itu penuh liku-liku,banyak cobaan,terkadang iman juga sangat mempengaruhi ,apalagi keadaan iman yang labil kadang naik kadang turun.Sehinggalah aku melepaskan hijabku kembali karena keadaan imanku yang lemah dan tidak bisa istiqomah dalam hijabku.

Selang beberapa tahun kemudian tepat akhir tahun 2012 hidayah menyapaku kembali,terbuka lebar lebar pintu hati untuk menghulurkan hijabku tak peduli sekalipun orang lain akan mencibir tentang hijabku.Ketika dalam perjalanan hijrahku menuju hijab banyak sekali perubahan pada diriku sehingga banyak sebagian dari teman-temanku yang tak menyukainya.
Adapula sebagian teman yang mendukungku.

Dan alhamdulillah kulihat dari sebagian teman-temankupun sudah mulai menghulurkan hijabnya satu persatu.
Sampai saat ini aku masih berhijab dan semoga aku tetap istiqomah dalam hijabku sampai ajal menjemputku.

Nb: Hijab bukan untuk wanita yang pandai agama saja,bukan pula hanya untuk anak pesantrenan saja tapi hijab wajib untuk semua wanita muslimah.

Yang belum berhijab dan masih belum siap , tunggu apalagi sebelum ajal menjemput alangkah indahnya perjalanan hidup ini dengan menghulurkan hijab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEGERI PARA PENGHIANAT 7

Bab 7: Harap yang Menyala, Bukan Sekadar Cahaya Negeri ini telah berkali-kali disakiti oleh penguasanya sendiri. Diperas oleh tangan-tang...