Minggu, 15 Maret 2015

KETIKA AKU BERFIKIR



Ku rasa aku harus berfikir seribu kali lagi untuk menentukan siapa pilihan hatiku, yang pantas mendampingi perjalan hidupku. Dia yang tak bisa berubah memperlakukan aku sesuka hatinya, sikapnya yang egois membuatku tak bisa bertahan bersamanya, hanya kekecewaan yang ku dapat, sakit yang kurasa, mungkin aku harus memilih pilihan yang lain, bukan bersamanya.

Wanita mana yang tak inginkan pasangan yang penyayang, perhatian, bahkan yang romantis, tipe yang ku ingini tidak ada dalam dirinya, yang ku dapat dari dirinya hanya sikap dan sifatnya yang aku benci.

Ku coba tuk selalu bertahan, walau sakit yang ku rasa, tapi apakah kau pernah menghargai perasaan dan mengerti aku, kau tak pernah tau rasa sakit yang ku rasa karena sikapmu, egomu. Ketika aku memberitahumu saja barulah kau mau pedulikanku, tapi itu hanya sesaat. Dan kembali kau buat aku kecewa.

Cinta ini kini telah menjadi benci, dendam, bahkan muak. Apa yang aku lakukan selama ini tak pernah dianggap olehmu. Aku kau jadikan bonekamu yang sesuka hati kau permainkan, tak pernah sedikitpun kau pikirkan perasaanku.

Dimana dirimu ketika aku merindukanmu, kau abaikan rasa rinduku hingga menjadi rindu yang tak bertepi, aku menjerit menangis pilu, tak kau dengar, tak kau rasa seoalah kau tak tau apa-apa.

Sedikitpun kau tak pernah peduli padaku, kau selalu beralasan sibuk dengan pekerjaanmu, bagaimana kau dapat membimbingku jika kau selalu sibuk dengan duniamu sendiri. Kau menyeretku masuk dalam duniamu, tapi kau abaikan aku, membiarkanku sendiri terlontang lantung dalam duniamu tanpa kau menggenggam erat tanganku, tanpa kau menunjukan jalan padaku. Aku tersesat di duniamu itu.

Samapai menangis darahpun kau takkan pernah sadar, karena kau tak pernah mempedulikanku. Dimana rasa cintamu dan tanggung jawabmu. Kau biarkan aku kesakitan dalam tusukan belatimu. Kau robek-robek hatiku, menghancurkannya hingga tak lagi ku rasa sakitnya.

Samapai hati dirimu melukai aku dengan caramu. Kini rasa cinta untukmu telah berubah menjadi benci sebenci bencinya. Dan kini aku berfikir, aku harus pergi dari duniamu yang selalu menyiksaku, biarkan aku mencari jalan hidupku sendiri, menemukan seseorang yang sanggup membimbingku lahir dan batin.

Taipei, 15-03-2015

Senin, 09 Maret 2015

DALAM KERETA




#DALAM_KERETA

Tuk kesekian kali dalam kereta
Di sudut jendela ku memandang
Melihat suasana di luar jendela
Dalam kereta
Terdengar suara gemuruh yang melintas

Aku kembali teringat perjalanan kita yang singkat bukan karena jarak yang dekat
Tapi jarak terlipat oleh keasikan kita
Disepanjang jalan

Tidak seperti biasa, kita begitu menjadi kanak-kanak
Bahkan kadang-kadang norak
Tak terganggu stasiun berteriak-teriak
Dan suara kereta yang bergerak-gerak
Bukannya aneh kita menikmati kesendirian dalam keramaian

Stasiun demi stasiun terlewati tanpa kita sadari
Sampai tiba ditempat tujuan
Aku masih bersembunyi disebalik jendela dalam kereta

ADALAH AKU





Adalah aku, ketika semua orang hayut dalam arus dunia. Yang menciptakan keributan disetiap tempat. Dan aku hanya menyaksikan.

Adalah aku, ketika mereka berbicara tentang dunia, terombang ambing arus gelombang yang menerjang kesejahteran, dan aku hanya menjadi pendengar.

Adalah aku, ketika mereka berkejar-kejaran dalam dunia, berebut kekuasaan tanpa keadilan, berserakan bagai sampah di lautan, dan aku hanya bisa melihat kerusakannya.

Dan adalah aku, ketika kejahatan merajalela, bagai manusia tak berhati, membunuh tanpa pandang bulu, siapa kuat dia hebat, dan aku hanya bisa menyaksikannya.

NEGERI PARA PENGHIANAT 7

Bab 7: Harap yang Menyala, Bukan Sekadar Cahaya Negeri ini telah berkali-kali disakiti oleh penguasanya sendiri. Diperas oleh tangan-tang...